Class Notes

Erdy’s Notes on Consumer Behavior Class

Lecturer : Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSC
(www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id)
Based on Consumer Behavior Text Book by Ujang Sumarwan
Perilaku Konsumen
     Perilaku konsumen sangat berkaitan erat hubungannya dengan pemasaran,karena pada dasarnya kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan sangat memperhatikan sekali setiap perilaku konsumen dalam melakukan kegiatan untuk mengambil keputusan pembelian sebuah produk. Proses keputusan ditentukan oleh dua strategi pemasaran perusahaan (iklan), Teori kepribadian salah satunya adalah teori Freud. Id merupakan aspek biologis yang telah ada sejak lahir, yang mendorong munculnya kebutuhan fisiologis (naluri) Id merupakan kepribadian yang buruk. Superego merupakan sebuah naluri untuk mengikuti atau mematuhi peraturan dan norma yang berlaku, Superego merupakan kepribadian yang baik. Ego berada di tengah dan diantara Id dan Superego yang menyeimbangkan keduanya, sehingga sesungguhnya ego itu merupakan kepribadian manusia yang baik hanya saja pengertian di masyarakat menjadi salah yang menganggap ego itu sesuatu yang buruk.
     Teori kepribadian yang lain adalah Teori non-Freud. Sering disebut sebagai teori sosial psikologi yang mengikuti dimensi lingkungan sekitar,teori kepribadian ini juga juga didasarkan kepada lingkungan dan motivasi (dorongan untuk melakukan suatu hal). Teori non-Freud merupakan ketidaksetujuan akan dominasi peran insting dan seks (biologis) dalam pembentukan kepribadian manusia.
     Konsep diri merupakan gabungan dari kepribadian dan gaya hidup. Gaya hidup sendiri merupakan cerminan dari kepribadian begitulah menurut Dosen Perilaku Konsumen saya yaitu Prof. Dr. Ujang Sumarwan, Msc.

Class Notes

Erdy’s Notes on Consumer Behavior Class
Lecturer : Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSC  (www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id) Based on Consumer Behavior Text Book by Ujang Sumarwan

Perilaku Konsumen    

Pengolahan Informasi dan Persepsi Konsumen           

Stimulus merupakan apa yang dilihat oleh mata,apa yang didengar oleh telinga dan apa yang dicium oleh hidung kita (panca indera). Stimulus akan diproses oleh otak untuk mengolah informasi. Stimulus yang ada pada bidang marketing misalnya adalah produk, brand, package, iklan dan nama produsen. Contoh stimulus yang memang dirancang untuk menarik perhatian konsumen yaitu, iklan yang ada di berbagai media seperti televisi, radio, koran dan berbagai media sosial lainnya.            Persepsi adalah proses pengolahan informasi. Terdapat 5 (lima) tahapan dalam proses pengolahan informasi pada diri manusia yakni pemaparan, perhatian, pemahaman, penerimaan, dan retensi. Pemaparan yaitu proses memberikan stimulus kepada panca indera manusia sehingga menimbulkan sensasi (contohnya mau mencoba suatu merk setelah melihat sebuah iklan tayangan televisi yang berulang). Terdapat dua faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu ambang absolut (The Absolute Threshold), dan ambang berbeda (The Differential Threshold). Ambang absolut adalah jumlah minimum intensitas atau energi stimulus yang diperlukan oleh seseorang konsumen agar dia merasakan sensasi (misalnya jumlah Tissue dalam satu kotak seharusnya berisi 200 lembar, namun karena krisis isinya berkurang menjadi 180 dengan harga yang tetap sama namun perubahan ini tidak terlalu berarti untuk konsumen). Ambang berbeda disebut juga sebagai The Just Noticeable of Difference Threshold (JND) contoh kasusnya adalah ukuran minimum dari jarak billboard yang efektif agar pesan dapat tersampaikan kepada konsumen yang notabenenya berada di jalan seperti jalan tol). Rumus dari JND adalah Intensitas Stimulus awal sebelum ada perubahan dikalikan dengan Konstanta proporsi jumlah perubahan dalam stimulus yang diperlukan agar bisa   dirasakan. Perhatian (Attention) yaitu proses penerimaan pemaparan menjadi sebuah perhatian. Dua faktor yang mempengaruhi perhatian yaitu faktor pribadi, dan faktor stimulus. Pemahaman merupakan tahap memberi makan pada stimulus. Konsumen melakukan “perceptual organization” atau “stimulus organization”. Tahap keempat adalah penerimaan,dan yang terakhir adalah retensi yang merupakan memindahkan igatan kita ke dalam memori.

Class Notes

Erdy’s Notes on Consumer Behavior Class

Lecturer : Prof Dr Ir Ujang Sumarwan, MSC
(www.ujangsumarwan.blog.mb.ipb.ac.id)

Based on Consumer Behavior Text Book by Ujang Sumarwan

1. Solomon mengatakan bahwa pengertian belajr adalah sebuah proses perubahan perilaku yang relatif permanen dan dipengaruhi oleh pengalaman (expeience) 2. Schiffman dan Kanuk mengatakan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman pembelian konsumsi yang akan diterapkan pada perilaku yang dikaitkan dengan masa yan akan datang 3. Engel, Blackwell Miniard menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana pengalaman akan membawa kepada perubahan pengetahuan, sikap dan atau perilaku 4. Loudon dan Della Bitta juga berpendapat bahwa belajar adalah prubahan yang relatif permanen dari perilaku yang muncul akibat pengalaman 5. Beberapa hal yang pening dari belajar adalah : belajar merupakan proses yang berkelanjutan, pengalaman memainkan peranan dalam proses belajar 6. Syarat proses belajar yaitu : Motivasi yaitu daya dorong dari dalam diri konsumen, Isyarat yaitu stimulus yang mengarahkan motivasi, Respons yaitu reaksi konsumen terhadap isyarat, Pendorong/penguatan yaitu sesuatu yang meningkatkan kecenderungan seorang konsumen untuk berperilaku pada masa datang karena adanya isyarat. 7. Jenis-jenis Proses Belajar yaitu : a.Belajar kognitif : dicirikan dengan adanya perubahan pengetahuan yang menekankan pada proses mental konsumen untuk mempelajari informasi. b. Proses belajar perilaku : ketika konsumen bereaksi terhadap lingkungan   atau stimulus luar. 8. Proses Belajar Perilaku terbagi menjadi 3 : a) Classical conditioning, yaitu makhluk hidup adalah makhluk yang pasif yang bisa diajarkan melalui kebiasaan. Contohnya : kebiasaan mengonsumsi nasi sebagai makan pokok untuk orang Indonesia. b) Instrumental conditioning, yaitu berperilaku karena iming-iming atau hadiah c) Vicarious learning (Observational learning), yakni belajar karena melihat perilaku dari orang lain. 9. Ada tiga konsep yang diturunkan dari proses belajar classical conditioning, yaitu pengulangan (repetition), generalisasi stimulus, dan diskriminasi stimulus 10. Pemahaman generalisasi stimulus biasanya diterapkan dalam pemasaran untuk membuat merek dan kemasan, seperti : Line Extension, Family Branding, Retail Private Branding, Me-too Products, Similar Name, Licensing. 11. Diskriminasi stimulus biasanya dipakai untk melakukan positioning dan diferensiasi produk oleh pemimpin pasar atau produsen pada umumnya. 12. Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut, dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen 13. Pengetahuan konsumen terdiri dari pengetahuan produk, pengetahuan pembelian dan pengetahuan pemakaian.

 

Analisis Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan akan selalu berusaha untuk mengoptimalkan laba yang dimilikinya agar dapat memenuhi kewajiban dan menyejahterakan stakeholder di dalamnya. Hal yang dilakukan oleh perusahaan dalam mengoptimalkan laba biasanya adalah dengan mencari cara yang tepat sehingga tidak mengganggu aktifitas perusahaan yang sedang berjalan. Setiap perusahaan tentu memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengoptimalkan laba, hal tersebut sangat bergantung pada kondisi dan karakteristik perusahaan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan laba perusahaan adalah dengan melakukan pengelolaan modal kerja secara efisien. Manajemen modal kerja yang baik sangat penting bagi strategi keuangan perusahaan karena kesalahan dan kekeliruan dalam mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan operasional perusahaan menjadi terhambat bahkan terhenti. Sehingga, adanya analisis atas modal kerja perusahaan sangat penting untuk dilakukan guna mengetahui situasi modal kerja pada saat ini, kemudian hal itu dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan demikian perusahaan dapat menentukan tindakan yang harus dilakukan atau langkah apa yang harus diambil untuk mengatasinya.
Ketika perusahaan menetapkan kebijakan dalam pengelolaan modal kerja yang efisien, maka akan berpengaruh terhadap kondisi kinerja keuangan perusahaan. Sebagai contoh jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya. Namun, di lain hal jika dilihat dari sisi pemegang saham, likuiditas yang tinggi tidak selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang menganggur atau tidak digunakan untuk keperluan yang produktif yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang dapat menguntungkan perusahaan. Kebijakan perusahaan dalam melakukan manajemen modal kerja juga akan berpengaruh pada kinerja keuangan perusahaan lainnya seperti tingkat aktivitas dari perusahaan, maupun tingkat leverage (solvabilitas) perusahaan.